BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang ilmu pengetahuan,
teknologi dan kemiskinan tidak mustahil kita akan melihat ke masa lampau atau
masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Yang mungkin permasalahannya
adalah kontinuitas dan perubahan, harmoni dan disharmoni.
Bahasa “ilmu pengetahuan”
sudah lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, berbicara tentang
pengetahuan saja akan menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan kita dalam
memahami fakta pengalaman dan dunia realitas, hakihat pengetahuan, kebenaran,
kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan dan sebagainya.
Teknologi dalam
penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi
kepercayaan yang mendalam. Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun
mempunyai dampak sosial yang muncul sering lebih penting artinya daripada
kehebatan teknologi itu.
Kemiskinan sendiri
merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang akan
memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita
masyarakat adil dan makmur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud
dengan ilmu pengetahuan?
2. Apakah yang dimaksud
dengan teknologi?
3. Apakah arti dari kata
kemiskinan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi
dari ilmu pengetahuan.
2. Memahami arti dari
teknologi.
3. Mampu menjelaskan
mengenai arti kata kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan
(science), siapa yang tidak mengenalnya? Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud
dengan ilmu pengetahuan? Jawabnya adalah
semua pengalaman yang berharga dan berguna selama hidup kita, baik yang
didapat dalam kehidupan sehari-hari, dari sesama umat manusia, dari buku-buku
yang ada, kesemuanya termasuk dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan lazim
digunakan dalam pengertian sehari-hari,
terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya
identitas sendiri-sendiri.
Secara etimologi kata
ilmu dalam bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial,
dan lain sebagainya.
Ilmu menjawab pertanyaan
“why” dan “how” sedangkan filsafat menjawab pertanyaan “why, why, dan why” dan
seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau
budi manusia.
Untuk membuktikan
pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :
1. Pengetahuan dianggap benar apabila
dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang
terdahulu
2. Pengetahuan dianggap benar apabila
ada kesesuaian dengan kenyataan
3. Pengetahuan dianggap benar apabila
mempunyai konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai pengeahuan itu.
Ilmu pengetahuan pada
dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya
yaitu:
1. Epistemologis
Epistemologis hanyalah
merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh
ilmu pengetahuan.
2. Ontologis
Ontologis dapat diartikan
hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud yang menajdi objek
penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism merupakan objek formal dari
suatu pengetahuan.
3. Aksiologis
Komponen aksiologis
adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Langkah-langkah dalam
memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis,
induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan
menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan
pengingkaran.
Pengetahuan yang lebih
menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan
empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan
melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan
deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri,
sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris
juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi
berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi
dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan
empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian
dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang
bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan
tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui
pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis
akal budi. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Ilmu Pengetahuan adalah
suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan
konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan
yang transparan dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat
luas, mencakup persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini
jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian,
rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.”
Untuk mencapai suatu
pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang
meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih
sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan
terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan
mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan
yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk
mencapai ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu
telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti
sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar
untuk langkah selanjutnya.
2.2 Teknologi
Teknologi adalah
pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua
alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Selain menimbulkan dampak
positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam
hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan
secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan
kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah
penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan
dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
Teknologi tepat guna
adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
a. Persyaratan Teknis, yang termasuk di
dalamnya adalah :
1. Memperhatikan kelestarian tata lingkungan
hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan
sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
2. Jumlah produksi harus cukup dan mutu
produksi harus diterima oleh pasar yang ada.
3. Menjamin agar hasil dapat diangkut ke
pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas
mutu hasil.
4. Memperlihatkan tersedianya peralatan
serta operasi dan perawatannya.
b.
Persyaratan Sosial, meliputi :
1. Memanfaatkan keterampilan yang sudah ada
2. Menjamin timbulnya perluasan lapangan
kerja yang dapat terus menerus berkembang
3. Menekan seminimum mungkin pergeseran
tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
4. Membatasi sejauh mungkin timbulnya
ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi
berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial
dan budaya yang dinamis.
Dalam konsep yang
pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa
pengetahuan (body ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of
arts) yang mengandung pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut
cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan
dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. Secara konvensional mencakup
penguasaan dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi
sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of
development) sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai
tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi memperlihatkan
fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi
mengubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul
dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan
teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik
digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh
hasilnya, melainkan totalitas metode
yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat
perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut
Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang
distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Fenomena teknik pada
masyarakat terkini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan
oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan
rasional
2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu
yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode,
organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan
teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik bersatu,
saling berinteraksi dan saling bergantung
6. Universalisme, artinya teknik melampaui
batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. otonomi artinya teknik berkembang menurut
prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang
dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik
digambarkan sebagai berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya
teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu
mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional
seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik
telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus
beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang
bebas dari pengaruh teknik.
Alvin Tofler (1970)
mengumpamakan teknologi itu sebagai mesin yang besar atau sebuah akselarator
(alat pemercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya.
Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kuantitatif dan kualtiatif, maka
kiat meningkat pula proses akselerasi yang ditimbulkan oleh mesin pengubah,
lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih
baik lagi.
2.3 Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan pada dasarnya
merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat,
khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang, tetapi tidak berarti pada
negara maju tidak ada orang yang miskin karena kemiskinan merupakan masalah
global.
Kemiskinan bisa
dikelompokan dalam dua kategori, yaitu:
1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan jenis ini
berhubungan dengan garis kemiskinan yang
didefiniskan secara internasional/regional/nasional. Kemiskinan absolut mengacu
pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara. Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan absolut
sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari.
2. Kemiskinan relatif
Kemiskinan relatif
berhubungan dengan populasi terhadap distribusi pendapatan. Kemiskinan jenis
ini tidak berhubungan dengan garis
kemiskinan, tetapi bersumber dari perspektif masing-masing orang, yaitu karena
orang tersebut merasa miskin. Kemiskinan realatif bisa menimpa siapa saja. Satu
contoh, bila anda seorang pegawai
dengan pendapatan 5 juta perbulan misalnya, suatu hari anda mengetahui bahwa
rekan anda yang se-level dengan anda, memiliki pendapatan yang nilainya 3x
lipat dari anda. seketika anda merasa marah, geregetan. Pada kondisi tersebut
anda telah mengalami kemiskinan relatif.
Sedangkan kemiskinan
menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Kemiskinan yang disebabkan aspek
badaniah atau mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya orang tersebut
tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani.
Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan
berusaha secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh
bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi
pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke
tempat hidup yang lebih layak.
3. Kemiskinan buatan atau kemiskinan
struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada kemiskinan dan
memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur ekonomi,
sosial dan politik.
Penyebab kemiskinan
kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
1. Penyebab individual, atau
patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau
kemampuan dari si miskin.
2. Penyebab keluarga, yang
menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
3. Penyebab sub-budaya (subcultural),
yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar.
4. Penyebab agensi, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah,
dan ekonomi.
5. Penyebab struktural, yang
memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Usaha memerangi
kemiskinan salah satunya dapat dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang
memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara
ini bukan hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga diri sebagai
manusia dan sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti warga lainnya.
Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja
dan merangsang berbagai kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi lainnya.
Tanggapan utama terhadap
kemiskinan adalah sebagai berikut:
1. Bantuan kemiskinan, atau membantu
secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari
masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
2. Bantuan terhadap keadaan individu.
Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin
berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian
kerja, dan lain-lain.
3. Persiapan bagi yang lemah.
Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara
sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang
lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau
keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
2.4 Kaitan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk
memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa”
sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu
badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan
proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi.
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung
ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia
(satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah
dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu
pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral
dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau
mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu
mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat
dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain
dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan
struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul
dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan
manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan
diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara
manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar.
Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan.
Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kami gambarkan sebuah
contoh, rata-rata orang yang hidup di bawah garis kemiskinan belum dapat
membaca maupun menulis. sedangkan salah satu cara memberantas kemiskinan adalah
dengan ilmu pengetahuan. Dengan dapat membaca dan menulis, seorang pemulung
sampah bisa berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan
menghasilkan banyak uang. Dengan ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang
pengamen untuk berpikir dan memulai membuka suatu usaha/wiraswasta.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses
pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya
dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan
objektif.
2. Teknologi adalah pemanfaatan ilmu
untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai
dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
3. Kemiskinan adalah keadaan dimana
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
4. Ilmu pengetahuan, teknologi dan
kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas. Bagi siapa saja yang bisa
menguasai IPTEK maka ia akan bisa maju dan berkembang di era globalisasi
sekarang ini. Dan bagi yang tidak bisa menguasai IPTEK maka akan tertinggal
jauh oleh pesatnya perkembangan zaman. Bila perkembangan zaman terus melaju
pesat sedangkan ada masyarakat yang buta dengan IPTEK maka mereka akan
tertinggal dan mungkin saja bisa menjadi miskin karena cara lama yang mereka
gunakan sudah tidak efektif dan efisien lagi di zaman sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar